10/20/2010

HADITS PALSU/ LEMAH DIAJARKAN DI SEKOLAH

         Sekolah adalah tempat dimana kita menimba ilmu demi masa depan yang cerah. sekolah memberi kita waktu untuk menimba ilmu dan menelusuri kebenarannya dengan bantuan dari guru. semua manusia yang telah berhasil secara finansial dan non-finansial yang pernah mengecap pendidikan hingga setidaknya tingkat menengah pasti akan berterima kasih pada gurunya dahulu disekolah, meski gurunya dulu sering memukul dan memarahinya seseorang yang berhasil akan dengan cepat melupan hal itu.
          
          Tak dapat dipungkiri, sekolah memang telah mengubah banyak manusia menjadi lebih baik pada sisi moral, tapi bagaimana dengan sisi bobot keilmuan yang telah mereka peroleh dari sekolah. mari kita simak kisah berikut.


Anak kecil itu berlari-lari pulang ke rumahnya. Tangannya yang mungil memegang sepucuk surat dari guru sekolahnya. Di ambang pintu rumah ia berteriak, "Mama, Mama, ada surat dari Pak Guru". Ibunya, Nancy Elliot, mantan guru, menyambut anak bungsu dari tujuh bersaudara itu dengan ciuman dan pelukan penuh kasih sayang.

"Coba Mama lihat," ujarnya seraya membuka amplop surat dengan hati-hati. Tangannya gemetar saat matanya menelusuri kata demi kata yang terpampang jelas di hadapannya: "Anak ini terlalu bodoh untuk dididik. Kami mengembalikannya pada Anda. Mulai besok, ia tak perlu datang ke sekolah lagi."

"Ma, mengapa Mama menangis?" tanya si anak, penuh keluguan. Dengan cucuran air mata sang ibu meraih tubuh kecil itu, memeluknya sambil berkata, "Thomas, I educate you my self."

         Semua orang tahu siapa pemeran cerita diatas, ya! dia Thomas Alfa Edison yang telah di DO dari sekolahnya  dan wafat sebagai seorang penemu briliant, lalu apa sebenarnya fungsi dari sekolah jika yang diasah hanya moral dan itupun tidak menjanjikan di kemudian hari. mari kita melihat kemajuan dalam negara kita Indonesia, nampaknya sekolah di Indonesia kurang efektif dan kurang efisien, bisa dipermudah malah dipersulit.

        Intinya, sekolah di seluruh dunia tercatat bahwa kesalahan dalam hal efektifitas pembelajaran dan penilaian ada pada personil sekolah dari guru hingga pejabat-pejabat diatasnya, tapi khusus di Indonesia juga termasuk orangtua murid yang menitik beratkan pendidikan kepada sekolah anaknya hingga lebih banyak menyalahkan guru dari pada koreksi diri sendiri tentang cara mendidik anak.

        Proses transfer ilmu tidak dapat dihindari jika kita berada dalam lingkup sekolah dan ilmu itu berbagai macam mulai dari bahasa/sastra, moral, sains, sejarah, hingga gosip terbaru dikalangan guru - guru perempuan. ilmu yang terus bertukar dan bertambah ini sangat membutuhkan filter yang kasar dan halus dalam hal ini saya hanya membahas tentang Pendidikan Agama Islam (PENDAIS) karena islam berpedoman  pada al-Qu'ran dan Hadits.

         al-Qu'ran dan Hadits bersumber dari Allah dan ditranslate oleh Nabi Muhammad hingga sampai pada kita termasuk guru pendidikan agama islam di sekolah-sekolah diseluruh dunia. Berkaitan dengan sejarah maka perlu diperhatikan kebenaran asal dari Hadits itu sendiri (Al-Qur'an tidak termasuk karena Allah telah menyatakan memeliharanya hingga akhir Zaman), nah! apakah guru-guru sudah tahu hal itu, tentu saja mereka tahu tentang derajat hadits dari yang shahih hingga maudhu (palsu), hanya saja guru-guru pendais lebih sibuk memikirkan tekhnik mengajar yang baik dari pada kesahihan hadits yang mereka transfer pada murid, al hasil murid-pun menelan mentah-mentah hadits yang tidak bersumber dari rasulullah, sebagai contoh pada tingkat SLTP masih beredar hadits "bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup untuk selama-lamanya, dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati esok"...

Wallahu 'alam


Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Jangan lupa koment ya!!!