1/14/2014

Terlalu Banyak Melarang pada Anak, Penyakit Psikologis OCD Menanti

Sudah kebiasaan orang tua atau guru melarang ini dan itu pada anak atau muridnya, tidak boleh lompat-lompat, tidak boleh berlari, tidak boleh sentuh ini dan itu. Anda pernah mengatakan kalimat itu pada anak demi kesehatan atau keselamatan mereka?, STOP!, anda telah merusak psikologi anak anda.

Pola asuh yang terlalu protektif atau mengekang dapat menyebabkan rasa cemas berlebihan pada si anak. Anak yang tidak berhasil memenuhi tuntutan orang tuanya akan berisiko mengalami gangguan OCD (Obsessive Compulsive Disorder).

Apa itu OCD?


Kisah nyata :

Seorang remaja berusia 16 tahun di Surabaya. Remaja ini diketahui mengalami gangguan tersebut (OCD), yang kemudian dibawa ibunya ke poliklinik RSUD dr Soetomo Surabaya untuk diperiksakan kondisi psikologisnya.

Adapun keluhannya meliputi :

  1. Sering mencabuti rambut hingga kepala botak,
  2. Menggigit kuku hingga jarinya terluka, 
  3. Serta sering mencuci tangannya setelah menyentuh benda atau bersalaman dengan orang lain. 


Dokter Yunias Setiawati SpKJ yang menangani pasien tersebut menyebutkan jika keluhan pasien akan bertambah ketika menghadapi suatu masalah.

Misalnya adalah ketika pasien sedang menghadapi berbagai tugas berat di sekolah.

Hal ini membuat keluhannya semakin bertambah, bahkan remaja tersebut mandi berulang kali dalam sehari dan susah untuk tidur.

Pasien tersebut sebenarnya menyadari jika perilakunya tidak wajar, namun dia tidak bisa menghentikannya.

Rasa cemas yang dialami pasien tersebut akan mereda setelah mencuci tangan dan mencabut rambutnya.

Oleh karena itu, pasien ini datang ke dokter Yunias untuk meminta bantuan dalam menghentikan kebiasaannya tersebut.

Yunias pun melakukan wawancara secara mendalam kepada pasien tersebut dan ibunya. Setelah diwawancara, diketahui fakta bahwa ibunya adalah orang yang sangat teliti dan pembersih.

Ibunya juga sering melarangnya untuk bermain yang kotor-kotor.

Di sisi lain, ayahnya adalah sosok pekerja keras, di mana semua pekerjaannya harus selesai dengan sempurna dan tepat waktu.

Ayahnya juga sering memarahi pasien bila nilai pelajarannya buruk dan tidak sesuai harapan.

Yunias mengatakan bahwa itu hanya salah satu contoh dari sekian banyak kasus pasien yang mengalami OCD.

Penjelasan para Ahli :

Obsesif dan Kompulsif

Obsesif merupakan gangguan gagasan, proses pemikiran yang disadari terjadi berulang-ulang, namun tidak dapat dilawan. Gangguan tersebut juga tidak rasional.

Sedangkan kompulsif adalah suatu bentuk perilaku yang dilakukan secara berulang dengan tujuan untuk meredakan rasa cemas akibat pikiran obsesif.

Sebanyak 1-2 persen dari gangguan obsesif-kompulsif dimulai pada masa kanak-kanak.
Di Poliklinik kejiwaan Rumah Sakit dr Soetomo Surabaya, setidaknya ada sekitar 3 hingga 5 pasien setiap harinya yang membutuhkan penangangan akibat gangguan tersebut.

OCD bisa dialami oleh siapa saja, baik perempuan ataupun laki-laki dengan sosio-ekonomi menengah.

Overprotective dan OCD

Salah satu hal yang melatarbelakangi seseorang mengalami OCD adalah terlalu protektifnya pola asuh orang tua, seperti selalu mengatur anak, perfeksionis, dan pembersih. Pola asuh semacam ini dapat menimbulkan kecemasan pada anak.

Tuntutan yang berlebihan dapat menyebabkan kegagalan pada anak untuk memenuhi harapan atau ekspektasi orang tua, sehingga pada akhirnya menimbulkan gangguan tersebut.

Akan saya jelaskan bagaimana OCD bisa terjadi secara sederhana;

Dalam psikologi, Anak telah dirancang oleh Tuhan memiliki rasa penasaran yang tinggi guna menyempurnakan kemampuan berpikirnya.

Saat anak anda penasaran melihat lipstik yang anda simpan di meja rias, anak akan berusaha mendekatinya dan mempelajarinya dengan caranya sendiri,

Baru saja anak anda ingin menyentuhnya, tiba-tiba anda melarang anak anda memegang lipstik tersebut karena takut lipstik anda rusak atau wajah anak anda blepotan bergaris merah.

Karena tidak bisa menyalurkan rasa penasaran anak anda karena anda melarangnya, lalu kemanakah perginya energi yang menimbulkan rasa penasaran tersebut? Menghilang begitu saja? Jawabannya, Tidak.

Energi yang menimbulkan rasa penasaran tersebut akan tetap ada dan tersimpan di dalam otak dalam bentuk berkas listrik atau katakanlah mirip orang yang sangat ingin buang air kecil tapi toilet terkunci rapat.



Anak anda adalah masa depan anda, waktu tidak akan kembali. Pikirkan baik-baik tindakan anda sebelum anda merusak masa depannya dan masa depan anda sendiri.
Was edited

Referensi : http://www.artikelkesehatan99.com
Baca Selengkapnya »